Liputan6.com, Jakarta – Meskipun terdapat kondisi ekonomi makro yang sulit, United Overseas Bank (UOB) Singapura memperkirakan kawasan ASEAN akan tetap tangguh, dengan faktor arus investasi khususnya di bidang ekonomi keberlanjutan.
“Tetapi (untuk) fundamental regional, kami yakin, karena tingkat pengangguran masih rendah dan konsumsi kuat,” kata Lee Wai Fai, chief financial officer UOB, dikutip dari CNBC International, Kamis (26/10/2023).
Dia menambahkan, rantai pasokan juga beralih ke Asia Tenggara.
Aliran investasi asing langsung ke Asia Tenggara “telah meningkat sembilan kali lipat selama dua dekade terakhir, dan lebih dari setengahnya masuk ke Singapura,” organisasi filantropi Hinrich Foundation mencatat dalam laporannya pada bulan Februari.
UOB pada hari Kamis membukukan laba bersih inti sebesar USD 1,5 miliar untuk kuartal ketiga tahun keuangan 2023 yang berakhir 30 September, naik 5 persen dari tahun lalu.
Di sisi lain, UOB mengingatkan bahwa pasar real estat komersial di Amerika Serikat dan Tiongkok masih menjadi titik kesulitan ekonomi global yang harus dipantau, ketika suku bunga tinggi juga diprediksi akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Real estate komersial di AS masih menjadi pusat perhatian, terutama dengan rendahnya tingkat hunian yang kita miliki,” jelas Lee Wai Fai.
Tingkat kekosongan gedung perkantoran di AS telah naik ke rekor tertinggi sebesar 18,2 persen pada akhir tahun 2022.
“Hotspot lainnya adalah Tiongkok, ada kekhawatiran mengenai kualitas dan apakah mereka dapat mengelola ketidakpastian properti di Tiongkok,” tambahnya.
Seperti diketahui, properti Tiongkok telah berjuang dengan melemahnya kepercayaan konsumen seiring dengan pengembang besar seperti Evergrande dan Country Garden masih terlilit dalam permasalahan utang.
Lee menambahkan dunia sedang menuju ke “lingkungan yang tidak pasti” dan dampak dari suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mulai mempengaruhi perekonomian.
“Pemulihan Tiongkok belum terjadi. Dan tentu saja, ketegangan geopolitik baru-baru ini menambah volatilitas,” imbuhnya.
Sederet Tantangan Ekonomi yang Dihadapi ASEAN
Meski mencatat kinerja ekonomi yang positif, ASEAN masih menghadapi sejumlah tantangan global yang perlu menjadi perhatian.
Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Firman Hidayat mengatakan bahwa tantangan-tantangan ini dapat menghambat upaya percepatan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
“Dalam jangka pendek, ASEAN menghadapi pelemahan harga komoditas karena sebagian besar negara ASEAN masih sangat bergantung pada ekspor berbasis komoditas,” ungkap Firman dalam acara UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 yang disiarkan secara daring pada Rabu (11/10/2023).
Selain itu, perekonomian ASEAN juga terkena dampak perlambatan ekonomi Tiongkok dan risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa, yang merupakan mitra dagang utama ASEAN.
“Sementara dalam jangka menengah, ASEAN juga dihadapkan pada ancaman konflik AS dan Tiongkok yang berdampak pada fragmentasi perekonomian dunia. Dan lebih dari itu, ASEAN sebagai bagian dari komunitas global juga dihadapkan pada permasalahan perubahan iklim yang dapat memicu bencana alam dan berdampak besar terhadap tantangan ekonomi dan sosial,” bebernya.
Meskipun terdapat tantangan-tantangan tersebut, Firman menambahkan, perekonomian ASEAN masih mampu tumbuh dengan kuat.
Dia menyebut, ASEAN mempunyai peran strategis dalam perekonomian global.
“Meskipun terjadi perlambatan di beberapa negara maju, ASEAN tumbuh kuat dan menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi global,” ujar Firman.
Ketahanan Ekonomi
Firman memaparkan, ASEAN memiliki ketahanan ekonomi dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,6 persen di sisa tahun 2023 dan 4,9 persen untuk tahun 2024 mendatang.
Kawasan ini pun merupakan kawasan dengan perekonomian terbesar kelima di dunia dengan PDB gabungan sekitar USD 3,7 triliun dan merupakan rumah bagi lebih dari 670 juta orang.
Firman mengungkapkan, kinerja perekonomian ini merupakan hasil keberhasilan menarik investasi asing langsung dalam beberapa tahun terakhir.
“FDI ke negara-negara ASEAN terus meningkat, dengan tahun 2022 menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Dan sebagian besar investasi tersebut berada di sektor keuangan dan manufaktur, yang memberikan nilai edit lebih besar,” imbuhnya.
Sumber : Liputan 6